Inovasi penelitian terus digencarkan Institut Pertanian Bogor (IPB), dimana saat ini para penelitinya sedang mengaji asap cair dari pembakaran tempurung kelapa, sebagai disinfektan, yakni insektisida alternatif penganti formalin.
"Distilat asap tempurung kelapa memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Kami sedang melakukan kajian kemungkinan penggunaan asap cair untuk pengawetan daging, ikan, mie dan bakso," kata Dr Ir Sugiyono peneliti dan staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, di Bogor, Selasa.
Sementara itu, sejawatnya Dr Ir Rokhani Hasbullah, peneliti dari Departemen Teknik Fateta IPB menambahkan rencananya distilat asap juga akan diaplikasikan dalam penanganan pasca panen hortikultura sebagai disinfektan dalam prosedur karantina produk ekspor.
Menurut dia, setelah pelarangan etilen dibromida untuk proses disinfekstasi hama/penyakit oleh USDA sejak tahun 1984, satu-satunya prosedur karantina adalah menggunakan perlakuan panas (heat treatmen).
Di pasar internasional, kata dia, agar produk segar buah-buahan bisa diterima, penerapan prosedur karantina mutlak diperlukan untuk menjamin buah-buahan atau sayuran dari serangan hama/penyakit.
"Oleh karena itu, kami mengaji penggunaan distilat asap ini sebagai disinfektan dalam penanganan pascapanen buah-buahan," tambahnya.
Sedangkan Dr Ir Dadang dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB mengaji distilat asap sebagai insektisda pada sayuran.
Ia mengatakan, distilat asap merupakan cairan alami dari asap tempurung kelapa yang diendapkan dan diredistilasi (pemurnian) untuk menghilangkan tar dan partikel-partikel endapan.
Menurut dia, distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman sebagai pengawet alami.
Cara memproduksi asap cair, katanya, tempurung kelapa dikeringkan agar kadar airnya konsisten, kemudian dibakar dalam perapian dengan pengontrolan oksigen, waktu dan suhu.
Asap kemudian di-kondesikan (di-sublimkan) melalui suatu kondensor dengan menggunakan media air sebagai pendingin.
Dikemukakannya bahwa produk kasar ini didiamkan dalam tangki stainless steel selama kurang lebih 10 hari untuk mengendapkan komponen larut melalui distilasi multi tahap.
Penelitian ini dilakukan di industri arang tempurung kelapa yang terletak di daerah lingkar kampus IPB Darmaga Bogor. Industri tersebut setiap hari mampu mengolah 4-5 kwintal arang tempurung kelapa atau sekitar 10-12,5 ton per bulan untuk memenuhi permintaan dari pabrik pengecoran besi.
Dari produksi arang tersebut dihasilkan distilat asap tempurung kelapa sekitar 40 liter per hari.
Selama ini, katanya, limbah asap tersebut belum termanfaatkan kelola sehingga meresahkan masyarakat sekitar. (*/rit)